Serang - Tawuran yang menewaskan Tobri (23). Warga Kampung Cikepuh, Kelurahan Unyur, Kecamatan/Kota Serang, setelah dikeroyok puluhan warga dan pemain sepak bola, usai pertandingan persahabatan antar Kampung Cikepuh dan Kampung Unyurdi Kelurahan Unyur, Senin (22/10/2012). Diduga akibat tidak puas dengan kemenangan kampong Cikepuh dengan secor 4 – 1.
Keributan ini berawal dari pertandingan persahabatan antara Kampung Cikepuh dan Kampung Unyurdi lapangan Petulisan sekitar pukul 17.00 WIB. Pada saat pertandingan memang diwarnai keributan antar pemain, namun hal itu berhasil diredam hingga skor akhir pertandingan 4-1 untuk kemenangan Kampung Cikepuh.
Akan tetapi, keributan berlanjut setelahkedua kubu akan pulang ke rumah masing-masing menggunakan sepeda motor. Para pemain Kampung Cikepuh tiba-tiba dihadang para pemain dan warga Kampung Unyur. Para pemain Kampung Cikepuh tancap gas menyelamatkan diri.
Namun malang bagi Tobri yang ketika itu membonceng rekannya bernama Rozi (12). Tobri tak bisa lari dari kepungan puluhan warga. “Saya dibonceng Tobri. Berusaha kabur masuk ke perumahan Komplek Ki Demang, tapi sudah terkepung dari dua arah. Tobri langsung dikeroyok, ada sekitar 20 orang yang ngeroyok. Saya tidak bisa melawan. Saya bilang sudah,sudah, jangan dipukuli. Tapi tetap saja mereka memukulinya,” ujar Rozi sambil menangis, ditemui di kediaman korban.
Rozi mengungkapkan, dalam kondisi tak berdaya Tobri tetap dikeroyok menggunakan batu dan bambu. “Pokoknya semua bagian tubuhnya dipukul, digebukin, dihajar. Ada yang pakai batu ada pakai bambu,” tuturnya.
Rekan satu tim korban, Saprudin (24), menuturkan, setelah pertandingan para pemain Kampung Unyur langsungpulang. Diduga mereka mengadu ke warga kampungnya. Hal itu terbukti saat pemain Kampung Cikepuh pulang sudah dihadang di jembatan Ki Demang.
“Saya hafal satu orang yang gebukin Tobri, ada juga pemain nomor 5 dan 17. Ini sudah direncanakan, karena mereka langsung ngadu ke warga, kami dihadang. Banyak yang putar balik karena dihadang, tapi almarhum ini ngambil jalur Komplek Ki Demang,” ujarnya.
Orangtua korban Janah dan Armana terlihat tak kuasa menahan tangis atas kejadian yang menimpa putranya, bahkan beberapa kali salah seorang anggota keluarganya menangis histeris. Disaat bersamaan, saksi-saksi dikumpulkan di rumah korban untuk menceritakan peristiwa berdarah itu kepada polisi.
Keributan ini berawal dari pertandingan persahabatan antara Kampung Cikepuh dan Kampung Unyurdi lapangan Petulisan sekitar pukul 17.00 WIB. Pada saat pertandingan memang diwarnai keributan antar pemain, namun hal itu berhasil diredam hingga skor akhir pertandingan 4-1 untuk kemenangan Kampung Cikepuh.
Akan tetapi, keributan berlanjut setelahkedua kubu akan pulang ke rumah masing-masing menggunakan sepeda motor. Para pemain Kampung Cikepuh tiba-tiba dihadang para pemain dan warga Kampung Unyur. Para pemain Kampung Cikepuh tancap gas menyelamatkan diri.
Namun malang bagi Tobri yang ketika itu membonceng rekannya bernama Rozi (12). Tobri tak bisa lari dari kepungan puluhan warga. “Saya dibonceng Tobri. Berusaha kabur masuk ke perumahan Komplek Ki Demang, tapi sudah terkepung dari dua arah. Tobri langsung dikeroyok, ada sekitar 20 orang yang ngeroyok. Saya tidak bisa melawan. Saya bilang sudah,sudah, jangan dipukuli. Tapi tetap saja mereka memukulinya,” ujar Rozi sambil menangis, ditemui di kediaman korban.
Rozi mengungkapkan, dalam kondisi tak berdaya Tobri tetap dikeroyok menggunakan batu dan bambu. “Pokoknya semua bagian tubuhnya dipukul, digebukin, dihajar. Ada yang pakai batu ada pakai bambu,” tuturnya.
Rekan satu tim korban, Saprudin (24), menuturkan, setelah pertandingan para pemain Kampung Unyur langsungpulang. Diduga mereka mengadu ke warga kampungnya. Hal itu terbukti saat pemain Kampung Cikepuh pulang sudah dihadang di jembatan Ki Demang.
“Saya hafal satu orang yang gebukin Tobri, ada juga pemain nomor 5 dan 17. Ini sudah direncanakan, karena mereka langsung ngadu ke warga, kami dihadang. Banyak yang putar balik karena dihadang, tapi almarhum ini ngambil jalur Komplek Ki Demang,” ujarnya.
Orangtua korban Janah dan Armana terlihat tak kuasa menahan tangis atas kejadian yang menimpa putranya, bahkan beberapa kali salah seorang anggota keluarganya menangis histeris. Disaat bersamaan, saksi-saksi dikumpulkan di rumah korban untuk menceritakan peristiwa berdarah itu kepada polisi.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Kemenangan 4-1 Untuk Kampung Cikepuh Membawa Maut. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://albert-kolose.blogspot.com/2012/10/kemenangan-4-1-untuk-kampung-cikepuh.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Albert - Selasa, 23 Oktober 2012
Belum ada komentar untuk "Kemenangan 4-1 Untuk Kampung Cikepuh Membawa Maut"
Posting Komentar